“The function of leadership is to produce more leaders, not followers”. Pepatah ini merupakan konsep dasar pola pikir fundamental dari sebuah nilai kepemimpinan, yaitu menciptakan generasi hingga jauh ke depan, melampaui keterbatasan periode waktu dari masa kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan harus dimulai dengan menyiapkan ide besar, serta langkah-langkah operasionalnya. Ia juga harus memahami situasi dengan melakukan analisis masalah dan tantangan melalui metode yang baik, selanjutnya bersama-sama menyiapkan berbagai langkah solusi yang kreatif dan inovatif.
Kepemimpinan harus menciptakan sebuah tujuan atau goals yang diyakini secara kolektif dan pantas untuk diperjuangkan menjadi tujuan bersama. Berpikir maju ke depan dan berupaya mencapai tujuan adalah konsep besar dalam sebuah kepemimpinan. Oleh karena itu, sebuah ide besar, tidak akan berarti tanpa dibarengi semangat menciptakan nilai kolektif, yaitu untuk kemajuan bersama. Dalam konteks yang lebih besar, untuk kemajuan bangsa.
Perguruan tinggi memiliki sejarah panjang dalam pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan mahasiswa di perguruan tinggi tidak saja menyentuh peserta pendidikan itu sendiri, namun menyentuh masyarakat langsung melalui kiprah para alumni di masyarakat sebagai pendidik dan pengajar, pejabat, pemimpin, pengusaha, pengambil keputusan, dan berbagai peran penting lainnya. Oleh karena itu, peran pendidikan di perguruan tinggi tidak boleh luput dari nilai: “menciptakan pemimpin, bukan pengikut”.
Dalam konteks keindonesiaan, kita mengenal pepatah lama yang menjadi nilai dasar dalam sejarah panjang pendidikan dan kepimpinan bangsa Indonesia, “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani”. Tidak boleh ada yang tertinggal dalam proses pembangunan manusia di Indonesia. Kepemimpinan bertujuan menciptakan keadilan bagi semua pihak dan kesejahteraan yang bersifat universal.
Ing Ngarso Sung Tulodo. Kesadaran dimulai dari puncak. Pemimpin harus mampu memberikan suri teladan bagi orang di sekitarnya. Kepemimpinan tidak hidup di ruang hampa yang statis, melainkan di ruang waktu yang dinamis, dan bergerak dalam interaksi berbagai ide dan pikiran. The people who are crazy enough to change the world are the ones who do. Pemimpin adalah orang yang penuh ide brilian, inovatif, pekerja keras, pencari solusi, pengambil risiko sekaligus pengambil keputusan yang ulung.
Orang-orang di sekitar pemimpin tidak bekerja untuk seseorang, melainkan untuk kemajuan dan kepentingan kolektif melalui peran masing-masing secara profesional. Karenanya, keteladanan pertama dari pemimpin adalah menunjukkan konsistensi dan keteguhan dalam mencapai tujuan bersama tersebut. Pemimpin perlu memberikan sikap keterbukaan dan ruang bagi setiap orang untuk maju dan berkontribusi. Keteladanan menjadi sebuah gaya hidup dan sikap yang viral, tumbuh jauh melewati batas waktu dan ruang.
Ing Madyo Mbangun Karso. Di tengah, pemimpin adalah inspirator bagi lingkungannya. Nilai ini penting untuk ditumbuhkan di setiap perguruan tinggi, karena setiap insan civitas academica merupakan bagian dari anggota masyarakat yang disiapkan menjadi pemimpin, sumber solusi. Dengan semangat dan suasana membangun sesama itulah, perguruan tinggi harus dibangun.
Tut Wuri Handayani. Ketika di belakang, seorang pemimpin dan pendidik harus memosisikan diri sebagai sosok yang bisa mendorong orang di sekitarnya untuk mengambil peran terbaik dalam bidangnya masing-masing. Inilah falsafah pendidikan, titik di mana kepemimpinan mulai menuai hasilnya, ketika melihat para calon pemimpin lainnya tampil, menjadi insan pemimpin yang dibanggakan.
“Please be smart with us and get smarter than us” . Filosofi ini harus menjadi budaya bagi setiap pendidik atau pengajar dengan orientasi menjadikan muridnya lebih baik serta lebih pintar dari gurunya.
Insan Intelektual, Pemimpin Masyarakat
Kepemimpinan perlu berkomitmen untuk meningkatkan peran perguruan tinggi dalam percaturan tingkat nasional dan internasional. Hal ini dilakukan melalui keterlibatan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sebagai dalam forum resmi organisasi nasional dan internasional, seperti WHO atau organisasi internasional lainnya, serta meningkatkan produksi usulan kebijakan pemerintah dalam berbagai bidang.
Untuk memenuhi itu, kapasitas lulusan harus ditingkatkan. Kebutuhan alumni perguruan tinggi sebagai ilmuwan sangat diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Paling tidak 25-30% lulusan perguruan tinggi diharapkan akan menjadi tulang punggung dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia membutuhkan penguatan dan pembangunan ilmu dan teknologi sebagai bagian ketahanan dan kemandirian bangsa di tengah era globalisasi dan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).
Pendidikan perguruan tinggi saat ini perlu beradaptasi terhadap beberapa aspek, seperti kemajuan pesat teknologi, human literacy dan kesibukan berbagai aktivitas di masyarakat. Untuk mengantisipasi kondisi ini perlu dilakukan standardisasi dan personalisasi luaran pembelajaran, integrasi pengetahuan dan pengalaman, pengembangan modul inovasi, kepemimpinan, entrepreneurship ,serta pembentukan identitas profesional.
Sebagai “generasi Z” mahasiswa saat ini memiliki kemampuan dalam penguasaan teknologi digital yang dapat memberikan manfaat dalam proses pendidikan. Kondisi jauh berbeda ditemui pada sebagian besar dosen yang merupakan generasi “baby boomers”, sehingga kerap kali memiliki masalah dalam penguasaan teknologi digital dan membatasi komunikasi teknologi antara mahasiswa dan dosen. Untuk mengatasi kelemahan ini, pelatihan serta pendampingan penguasaan teknologi digital untuk dosen perlu dilakukan.
Mahasiswa perlu memiliki jiwa kepemimpinan, inovasi dan entrepreneur yang kuat guna mendukung pencapaiannya dalam memberdayakan masyarakat. Modul pembentukan karakter terpadu perlu mengakomodir pentingnya hal tersebut di atas. Di samping itu, penerimaan mahasiswa baru merupakan salah satu aspek penting untuk mendapatkan calon mahasiswa dengan karakter yang kuat karena itu perlu dilakukan penambahan proses wawancara dalam beberapa proses seleksi mahasiswa.
Pada akhirnya, kiprah perguruan tinggi dalam berkomitmen untuk membangun ketahanan dan kemandirian bangsa ditunjukkan melalui penelitian dan pengembangan industri dalam negeri, pembangunan perguruan tinggi sebagai kekuatan industri Indonesia, dan peran serta dalam penempatan alumni perguruan tinggi di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk itu, diperlukan pembangunan sistem organisasi perguruan tinggi yang efisien dan efektif, re-branding dan re-packaging program studi, serta pembangunan sistem administrasi keuangan terpadu. Sudah tidak bisa ditawar lagi bahwa pengembangan program dan proses pendidikan harus jeli membaca kebutuhan serta perkembangan masyarakat yang sangat dinamis. Oleh karena itu perguruan tinggi harus menjadi organisasi yang sensitif serta cepat tanggap merespons setiap perubahan di tengah masyarakat (sense and response organization).
Kita tidak punya pilihan lain, selain maju bersama, melalui kepemimpinan yang efektif dan efisien untuk mewujudkan cita-cita: membangun Indonesia, melalui dunia perguruan tinggi. Berbekal nilai kepemimpinan yang baik, kita menyiapkan agar semua sumber daya perguruan tinggi bisa maju bersama dan perguruan tinggi menjadi lokomotif bagi semua untuk maju. (BW-2019)