Tentang Saya

Sejak menamatkan pendidikan dokter spesialis kebidanan dan kandungan pada tahun 2005, saya menekuni bidang teknologi reproduksi manusia (bayi tabung) yang bertujuan untuk menyiapkan generasi penerus bangsa yang handal. Ilmu ini memungkinkan satu pasangan suami-istri untuk mendapatkan keturunan walaupun memiliki masalah kesehatan reproduksi. Diawali sebagai research fellow teknologi reproduksi di Hyogo College of Medicine, kemudian saya membangun tim lintas disiplin, menjalin kerja sama dengan sejawat antar perguruan tinggi, pemerintah, swasta, serta organisasi profesi nasional dan internasional, untuk mengembangkan pusat pelayanan teknologi reproduksi di Indonesia.

Pusat pelayanan ini mampu sekaligus menjadi pusat pendidikan dan penelitian di bidang teknologi reproduksi manusia. Teknik menyuntikkan sperma ke dalam sel telur, simpan beku embrio, simpan beku sperma, simpan beku sel telur dan simpan beku indung telur merupakan beberapa teknologi yang dikembangkan oleh saya dan kawan-kawan. Penelitian dasar mengenai sel telur, sperma, embrio dan endometrium dikerjakan terintegrasi bersama departemen biomedik FKUI dan Departemen Biologi Fakultas MIPA UI. Metode pembelajaran interaktif dan magang klinik dilakukan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa S-1, S-2, peserta program pendidikan dokter spesialis dan subspesialis, maupun dokter peserta program fellowship di bidang teknologi reproduksi.

Berbagai hambatan yang dihadapi terutama adalah adanya anggapan bahwa kontrasepsi lebih dibutuhkan untuk mengendalikan jumlah penduduk di Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, bersama kawan-kawan kami berjuang menekankan pentingnya konsep “Family planning = Perencanaan keluarga” yang bukan berarti kontrasepsi belaka. Perencanaan keluarga dimaksudkan untuk menyiapkan keturunan yang sehat dan unggul sebagai generasi penerus. Berbagai upaya pengembangan teknologi reproduksi terus dilakukan terutama ditujukan untuk membantu 15% pasangan usia subur (6 juta pasangan di Indonesia) yang mengalami masalah gangguan kesuburan.

Kegiatan riset interdisiplin menjadi landasan bagi saya untuk mendirikan pusat riset kedokteran reproduksi (INA-REPROMED = Indonesian Reproductive Medicine) di FKUI-RSCM pada tahun 2012. Fokus penelitian yang kami lakukan terutama mengenai peningkatan kualitas sel telur, sperma, embrio, endometrium dan preservasi fungsi reproduksi. Pusat riset ini sekaligus mendorong semakin banyaknya mahasiswa S-3 yang tertarik dan bergabung bersama kami untuk menyelesaikan pendidikan dan penelitiannya. Berdirinya INA-REPROMED membukakan pintu bagi saya untuk makin mendorong kerja sama riset, pendidikan dan pelayanan lintas disiplin dalam bidang teknologi reproduksi sehingga membawa nama Indonesia ke dunia internasional.

Selama 5 tahun terakhir beberapa pencapaian yang telah saya lakukan antara lain adalah mendirikan organisasi teknologi reproduksi Indonesia, aktif di berbagai organisasi profesi di Indonesia, mengembangkan normogram umur biologis perempuan Indonesia, mengembangkan preservasi fungsi reproduksi pertama di Indonesia, pengembangan alat pemindai cerdas embrio dan sperma, melakukan publikasi nasional dan internasional, mengeluarkan buku panduan serta ilmu pengetahuan dalam bidang teknologi reproduksi, aktif menjadi pembicara nasional dan internasional serta menjadi executive board member organisasi reproduksi Asia Pasifik. Selain itu, saya juga aktif menjadi advisory board member perusahaan multi nasional Asia Pasifik di bidang teknologi reproduksi.

Sejak tahun 2014 saya mendapat amanah sebagai manajer riset FKUI dan mendirikan serta mengembangkan 18 pusat riset dan klaster riset di FKUI. Dengan tujuan membangun kesehatan Indonesia, saya mengenalkan konsep Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) yang mulai dibangun pada awal tahun 2015 dan diperkirakan akan selesai pada bulan November 2016. Pada bulan April 2015 saya mengembangkan unit UI Innovation for Health yang melibatkan seluruh fakultas di UI untuk bekerja sama memajukan riset serta industri dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Produk terakhir yang saya luncurkan adalah konsep SMART (sophisticated, modern, affordable, reproductive technology) approach dalam bidang teknologi reproduksi. Melalui konsep ini diharapkan kita menjadi tuan rumah pengembangan teknologi reproduksi di negeri sendiri. Kata kunci: teknologi reproduksi, perencanaan keluarga, riset interdisiplin, klaster-pusat riset, SMART

Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, ada tiga kegiatan utama yang saya jalani, yang semuanya berhubungan dengan bidang ilmu pengetahuan yang saya dalami. Kegiatan sebagai pengajar merupakan aktifitas yang mengisi sebagian besar waktu saya. Selain itu sebagai dokter yang mendalami kesehatan reproduksi, kegiatan pelayanan kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat juga merupakan aktifitas rutin yang saya cintai. Kegiatan ketiga yang selalu mengisi hari-hari adalah kegiatan penelitian bersama tim yang saya bentuk, dalam memecahkan berbagai masalah teknologi reproduksi, yang kini telah mengarah pada riset-riset yang sifatnya penemuan.

Dengan kata lain, saat ini saya memerankan tiga profesi secara bersamaan yaitu pengajar, praktisi dan peneliti terhadap bidang teknologi reproduksi. Saya menyadari bahwa ketiga peran tersebut tidak bisa dipisahkan dalam mencapai tujuan untuk membangun negeri. Proses pendidikan merupakan proses panjang yang membutuhkan keahlian atas suatu bidang tertentu, untuk kemudian mengajarkan dan mengalihkan pengetahuan dan keterampilan ke peserta didik, serta yang terpenting adalah mampu menjadi role model, bagi peserta didik dalam mengaplikasikan ilmunya bagi masyarakat.

Menjadi seseorang yang berprofesi sebagai pengajar, praktisi dan peneliti sekaligus memudahkan saya dalam mencapai tujuan pribadi saya, yaitu memberi kontribusi untuk bangsa. Saya memiliki kesempatan untuk mengajarkan sekaligus mencontohkan melalui praktek klinik yang baik, serta terus dapat memotivasi peserta didik untuk tidak berhenti melakukan kegiatan penelitian ilmiah sebagai jalan keluar dalam berbagai masalah.

Pengembangan teknologi reproduksi manusia memungkinkan kita untuk melakukan manipulasi secara in vitro (di luar tubuh manusia) terhadap sel telur, sperma, embrio, indung telur, atau testis dengan tujuan menghasilkan kehamilan. Sebanyak 15% pasangan usia subur di Indonesia mengalami gangguan kesuburan dan 10% diantaranya membutuhkan pertolongan teknologi reproduksi atau bayi tabung. Pada tahun 2005 dari jumlah potensial sekitar 20.000 pasang, hanya kurang-lebih 500 pasangan suami-istri saja yang mengikuti program bayi tabung di Indonesia. Selebihnya, mereka pergi ke negara tetangga (Singapura dan Malaysia) untuk mengakses pelayanan ini. Hal ini tentu saja memprihatinkan karena banyak sekali devisa kita yang melayang ke luar negeri.

Sejak tahun 2005 grup saya mengembangkan pusat pelayanan teknologi reproduksi di FKUI-RSCM sekaligus sebagai pusat pendidikan dan penelitian yang komprehensif di Indonesia (research based services — service based research). Jumlah kunjungan pasien yang banyak memungkinkan kami untuk sekaligus mendidik para mahasiswa, dokter, perawat, dan ahli embriologi dari seluruh penjuru Indonesia. Teknologi reproduksi mengharuskan kita untuk melakukan riset multi disiplin di bidang sel telur, sperma, embrio, endometrium dan indung telur dengan tujuan utama menghasilkan generasi penerus bangsa yang unggul. Arah riset ditujukan terutama untuk mendapatkan sel telur yang baik, sperma yang baik dan embrio yang baik.

Teknologi reproduksi juga memungkinkan kita untuk melakukan simpan beku indung telur bagi perempuan usia reproduksi yang menderita kanker. Delapan persen perempuan penderita kanker berusia < 40 tahun sehingga fungsi reproduksi merupakan hal penting. Kemajuan teknologi di bidang kemoterapi dan radiasi meningkatkan angka kesintasan penderita kanker sampai 80-90% tetapi dapat menyebabkan kerusakan fungsi indung telur yang berujung pada gangguan kesuburan atau menopause dini. Grup kami mengembangkan teknik simpan beku indung telur pertama di Indonesia sehingga memungkinkan penderita kanker tetap memiliki keturunan setelah menjalani pengobatan. Sebelum mengikuti kemoterapi atau radiasi indung telur pasien dapat disimpan dengan teknik vitrifikasi pada suhu -196oC untuk kemudian ditransplantasikan kembali ke pasien atau dilakukan kultur in vitro untuk mengembangkan sel telur di luar tubuh.

Sebagai pengajar dan pendidik, saya tidak membatasi dinding kelas universitas dalam aktifitas saya. Bersama tim yang saya bentuk, kami menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menyebabkan saya mendapat banyak kesempatan untuk mengajar berbagai kalangan selain civitas Universitas Indonesia. Misalnya, mengajar di berbagai simposium reproduksi bagi dokter umum maupun spesialis yang sifatnya lokal, nasional dan internasional. Saya dan tim juga menyelenggarakan berbagai pelatihan klinik yang sifatnya meningkatkan kompetensi peserta tenaga kesehatan di bidang reproduksi, yang pesertanya beragam seperti dokter umum, dokter spesialis, konsultan, perawat, bidan, teknisi laboratorium, dan ahli embriologi.

Kemandirian di bidang teknologi reproduksi selain akan meningkatkan kompetensi dan kemampuan kita untuk bersaing, juga membuka peluang industri di bidang kesehatan atau kedokteran. Ada satu kegiatan atau gaya hidup yang perlu diaplikasikan, yaitu membina keterampilan entrepreunership atau kewirausahaan. Keterampilan entrepreunership memacu seseorang untuk mengenali peluang dibandingkan meratapi kekurangan, menciptakan efisiensi, di tengah keberlimpahan yang sia-sia. Entrepreunership memungkinkan timbulnya ide-ide baru, kesempatan baru di antara berbagai keterbatasan, untuk kualitas kehidupan yang lebih baik.

Konsep SMART approach mendukung berdirinya pusat pelayanan, pendidikan dan penelitian teknologi reproduksi di seluruh Indonesia. Pusat pelayanan terintegrasi ini akan sangat mendukung pengembangan peralatan teknologi reproduksi buatan